Tuesday, April 12, 2011

Titik Balik Kebahagiaan

2
(Suara Merdeka, 10 April 2011)

Judul: Pedoman Menuju Tidak Bahagia
Penulis: Jaya Suprana
Penerbit: Elex Media Komputindo
Cetakan: I, Maret 2011
Tebal: xvii + 173 hlm
ISBN: 978-979-27-9699-5 

Kebahagiaan merupakan obsesi manusia sejak zaman bahuela. Tidak mengherankan jika agama, filsafat, ilmu pengetahuan, dan politik, terus berlomba-lomba memakemkan kebahagiaan sebagai tujuan hidup yang utama.
Manusia terkini pun tidak surut gairahnya dalam memulungi kebahagiaan, senantiasa mendayagunakan segenap akal budi, tenaga, bahkan jiwa untuk menggapainya. Sehingga pikiran dan perilakunya terlalu banyak disita oleh satu tujuan: meniti rasa bahagia dan menghindari rasa tidak bahagia.

Laku manusia yang "menggilai" kebahagiaan itu justru disebut Jaya Suprana sebagai perjalanan menuju ketidakbahagiaan. Memberi gambaran sekaligus respon terhadap ikhtiar manusia yang mati-matian mengejar kebahagiaan, tetapi sebenarnya ia berada di jalan yang sama untuk menuju ketidakbahagiaan. Di mana kebahagiaan lumrahnya disandarkan pada perangkat-perangkat bendawi (kebendaan) yang mampu menyediakan alasan bagi timbulnya rasa bahagia. Ketika alasan yang mengondisikan rasa bahagia itu hilang, maka kebahagiaan itu juga luntur dengan sendirinya. Seperti seorang lelaki yang jatuh cinta pada perempuan karena kerupawanannya, ketika kecantikan itu sudah tampak ajeg dan membosankan, maka tak ada alasan lagi bagi lelaki tersebut untuk jatuh cinta. 

"Hidup ini panggung sandiwara. Tragedi atau komedi tergantung pada tafsir kita masing-masing terhadap adegan yang terjadi di panggung sandiwara itu," tulis Jaya Suprana (hlm 48). Objek atau suasana yang sama tidak mutlak membuat dua insan yang berbeda merasa bahagia. Taruhlah, berlari menempuh jarak 200 meter dalam waktu 10 menit bagi seseorang yang berkelebihan berat badan (obesitas) merupakan sebuah kesenangan atau kebanggaan. Tetapi bagi para atlit lari, hal itu merupakan sesuatu yang memalukan.

Karenanya, bahagia atau tidak bahagia sejatinya merupakan hasil tafsir pikiran seseorang terhadap situasi yang dihadapinya. Happines is a state of mind: kebahagiaan adalah suatu pernyataan dari pikiran (hlm 60). Kebahagiaan tidak terlepas dari cara pandang seseorang dalam memaknai kebahagiaan sebelum memahami suatu keadaan.

Pandangan itu mengisbatkan bahwa hanya manusia yang berani mendefiniskan kaidah kebahagiaan bagi diri sendirilah yang bisa mengolah rasa bahagia. Rasa bahagia niscaya muncul lebih awal sehingga baik-buruknya situasi dapat diolah menjadi kebahagiaan.

Rasanya buku ini hadir dengan misi khusus, dalam rangka membongkar cara pandang manusia terhadap kebahagiaan. Judulnya, “Pedoman Menuju Tidak Bahagia”, secara satir dan setengah berolok-olok, sebenarnya berupaya mendekonstruksi mind set kebahagiaan yang selama ini telah dipakemkan di dalam pikiran jamak orang.

Disarankan, orang-orang yang ingin menuju perasaan tidak bahagia harus menghindari sikap-sikap positif yang berbasis kasih sayang. Misalnya syukur, ikhlas, puas, realistis, aman, mafhum, humor, tertawa, percaya, damai, dan pengertian. Sebaliknya, seseorang harus mengembangbiakkan sikap-sikap destruktif bagi dirinya sendiri untuk tidak bahagia. Di antaranya dengki, tamak, pamrih, dendam, amarah, perfeksionis, persimis, curiga, dan serius. Jika ditilik dengan pembalikan perspektif, jadinya jika ingin merasa bahagia maka kita harus menempuh sikap-sikap positif yang berbasis pada cinta kasih dan menghindari perilaku-perilaku negatif yang merusak diri.

Secara filosofis, hasrat kebahagiaan merupakan suatu belenggu tersendiri yang membuat manusia tidak merdeka. Hasrat itu tidak akan pernah mencapai titik klimaks. Melainkan sekadar rangkaian miniklimaks yang justru membuat hasrat terus berlipat. Pada konteks ini, nilai-nilai Buddhhisme yang diajarkan Sidharta Gautama patut dijadikan refleksi. Kebahagiaan sejati bisa dicapai ketika manusia mampu membebaskan diri dari segala keinginannya. Suatu titik balik kebahagiaan, yang jika manusia dapat melewatinya, ia akan terbebas dari “keterjajahan” dari dirinya sendiri. (Musyafak)

Author Image

About ngobrolndobol
Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

2 comments:

  1. hehe....ini 'hasil' dari Gramedia ya???? hohoho

    ReplyDelete
  2. hoho... hasil perjalanan tubuh dan diri, :-)

    ReplyDelete