Friday, December 17, 2010

Api

0
Sekian hidup, sekian rasa mati. Saya rasakan ada api yang menggeliat dari dalam lambung. Menyembur ke lorong-lorong usus. Naik membakar kerongkongan. Lalu, mata saya menjelma denyar api yang seolah menjilat-jilat. Mata yang sinis memandang dunia. Seperti hendak membakarnya.


Tubuh saya, lalu api, pula. Sebagai bahan bakar yang mendadak meledakkan materinya. Ingin membakar dan menghanguskan segalanya. Dan mata, terus menatap ribuan koordinat yang samar. Tak lebih sebagai labirin-labirin hitam yang berkumpul di mata saya--api saya.

Api, o api. Saya tiba-tiba sangat rakus. Ingin menjilat dan membakar segala yang tertampak. Sehingga abu. Dan kelak saya tanam di dalam tubuh--oh api pula. Kelak saya ziarahi dengan requiem-requiem panjang.

Saya tanam, saya tanam, saya tanam!

Api dan tubuh saya. Lantas jadi ingin saling mengalahkan. Jika tak lekas saya hanguskan dunia di hadapan. Maka aku akan lebih cepat mengabu.

Dan, tapi... Kini pun dunia jadi api. Ah, sudah sejak lalu.

Ini adalah hidup saya. Inilah perang saya...

Dan api, kian berkobar. Dan kobaran di hadapan saya ternyata teramat lebih besar dan gusar. Ahai, perang api!

Mei 2010, sebuah percakapan.
Author Image

About ngobrolndobol
Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

No comments:

Post a Comment