Saturday, July 12, 2008

Menggantungkan Hidup dari Barang Rongsokan

0

Pedesaan yang minim lapangan kerja menuntut penduduknya mau berprofesi apa saja, termasuk mencari barang rongsokan alias rosok. Hampir sepuluh tahun terakhir, mencari rosok (ngrosok) telah menjadi pekerjaan tetap sebagian warga getas, wonosalam demak. Meskipun tidak begitu menjanjikan, pekerjaan ini turut menyambung harapan hidup.
Sejak empat bulan lalu halaman rumah ansori terlihat sesak dan sumpek. Berbagai macam barang rongsokan memadati muka rumahnya. Sejak itu pula, barang-barang bekas seperti besi, tembaga, kuningan, alumunium, plastik, kertas, botol dan berbagai macam piranti yang sudah tak terpakai menjadi harapan hidup keluarganya, juga warga getas pada umumnya.

Pertengahan april lalu, warga bomo-getas rt. 07 rw. O1 yang awalnya bekerja sebagai pencari barang rongsokan mendirikan usaha jual beli rosok. Memanfaatkan halaman rumahnya yang agak lebar, ansori bertekad mengembangkan bisnis barunya itu. Lelaki berkepala empat itu sudah tidak asing lagi dengan kesibukannya bergelut dengan barang rongsokan. “hampir lima tahun saya bekerja mencari rosok untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.” Pasalnya.
Peluang bisnis
Kini, pria tiga anak itu tidak lagi melawat mencari rosok karena posisinya, seperti dipanggil warga setempat, sebagai boss rosok. Dibantu istrinya, hari-harinya selalu sibuk dengan timbangan dan catatan transaski pembelian barang-barang usang dari anak buahnya.
Usaha yang dirintis dari awal ini, oleh masyarakat setempat dirasa cukup membantu. Pasalnya, selain sebagai “penadah” rosok ansori menyediakan modal bagi para pekerjanya guna membeli barang-barang bekas dari luar daerah. “bersyukur sekali ada yang minjamin uang setiap mau pergi ngrosok, ujar sumarno, salah seorang pencari rosok.
Pencari rosok berbeda dengan pemulung. Pemulung kerjanya mengais barang-barang bekas di tempat-tempat pembuangan sampah. Sedangkan pencari rosok membeli barang-barang yang sudah tidak terpakai dari pemiliknya. Jadi pencari rosok butuh uang untuk mengganti barang yang dibelinya.
Selain itu, untuk membantu pencari rosok yang tidak mempunyai motor sendiri, ansori menyediakan mobil pick up. Setiap pagi, mobil angkut berwarna putih itu ditumpangi sekitar 10-15 orang pencari rosok. Untuk mengganti jasa angkut itu, perkepala dikenai biaya sepuluh ribu perhari. “yang penting bisa sama-sama jalan. Mereka bisa mencari rosok, kami beli barangnya,” kata muslimah, istri ansori yang turut mengelola bisnis suaminya.
Setiap harinya ada sekitar 40 pencari rosok, baik dari getas sendiri dari maupun luar, menjual barang-barangnya kepada ansori. Tak heran jika seminggu sekali ansori bisa menjual satu truk kecil rosok kepada “penadah” yang lebih besar.
Melihat peluang yang masih terbuka lebar, ali tohar, warga getas juga, turut membuka usaha jual beli rosok. Tetapi ladang bisnisnya terletak di desa bunderan, dekat jalan raya purwodadi demak. Menurutnya, di satu sisi rosok menawarkan peluang bisnis. Di sisi lain, turut menciptakan lapangan pekerjaan warga desa yang sering nganggur.
“ya itung-itung latihan menjalankan bisnis. Dari pada hidup merantau terus di luar jawa,” kata pria lajang yang sebelumnya merantau di sulawesi. Meskipun baru satu minggu bisnisnya berjalan, ali tohar dengan semangatnya yang masih muda begitu optimis menyambut hari depan.
Tak jauh beda dengan ansori, untuk mencari mitra ali tohar menyediakan sepeda motor. Dengan memakai motor pinjamannya, pencari rosok harus menjual “hasil buruan” kepadanya. “untuk biaya perawatan motor, pengguna dikenakan sepuluh ribu. Jumlah itu tidak terlalu memberatkan.”
Tak menjanjikan
Bekerja sebagai pencari rosok , bagi sebagian orang, memang karena tidak ada pilihan lain. Meskipun tidak begitu menjanjikan, hasil dari mencari barang-barang bekas cukup menopang ekonomi keluarga. “hasilnya tidak menentu, kadang dapat banyak. Tak jarang juga pulang dengan tangan kosong,” ungkap sumarno.
Kenaikan bbm turut mengganggu penghasilan pencari rosok. Harga bensin yang semakin mahal mengharuskan memotong penghasilan untuk membeli bahan bakar sebagai operasional mencari rosok sehari-hari. Sedangkan harga barang-barang rongsokan tidak naik.
Pekerjaan ini membutuhkan tenaga ekstra. Para pencari rosok berangkat pagi pulang menjelang magrib. Bahkan terkadang sampai di rumah pada malam hari, usai isya’.
Tetapi ini lebih baik dari pada menganggur sama sekali. “kalau panen padi tiba kan bisa kerja nge-dos,” sahut kasmijan.
Di tengah kehidupan yang serba sulit, para pencari rosok berharap agar barang-barang bekas selalu ada. Karena dari situlah mereka menggantungkan hidup.
Pemerintah sudah sepatutnya memberikan perhatian kepada pencari rosok dan pengusaha yang terancam kekurangan modal. Karena bagaimanapun mereka turut berjasa dalam menghemat sumber daya alam. Betapa tidak, pencari rosok membantu mengumpulkan barang-rang bekas untuk didaur ulang demi memenuhi kebutuhan manusia selanjutnya. (Musyafak Timur Banua)
Author Image

About ngobrolndobol
Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

No comments:

Post a Comment