Monday, August 18, 2008

Menyemai Damai di Makam Wali

0


Malam Jum’at Kliwon menjadi hari yang istimewa bagi kebanyakan masyarakat Demak. Ada kedamaian, ketentraman, dan kepuasan batin di malam yang yang sering disebut “malam angker” itu.
Ya, setiap malam Jum’at Kliwon sebagian besar warga Demak berziarah ke Makam Sunan Kalijaga. Makam salah satu pentolan Walisongo itu terletak di Kadilangu: dua kilometer ke timur laut dari jantung kota atau alun-alun Demak.

Ziarah ke makam wali, ulama, kiai, atau orang sakti merupakan sarana berdzikir maupun berdoa yang efektif bagi sebagian orang. Lantas, kuburan merupakan bagian peribadatan orang Islam Indonesia –golongan mayoritas, sebagian tak meyakininya bahkan tidak diperbolehkan— yang tidak bisa dipisahkan dari ritual keagamaan.
Tak sedikit peziarah yang menghabiskan malamnya di Makam Sunan Kalijaga saat Jum’at Kliwonan, begitu orang-orang menyebutnya. Bahkan sampai tertidur di kuburan para sesuhunan –sebutan bagi orang-orang yang dimuliakan karena daya linuwihnya— itu. Yang tak kebagian tempat atau tidak mau tidur di area penuh nisan itu biasanya merebahkan diri di Masjid Sunan Kalijaga Kadilangu.
***
Masjid dan makam (kuburan) adalah dua tempat yang sakral dalam peribadatan sebagian umat Islam. Keduanya menawarkan ketenangan, kepasrahan Ilahi, serta kedamaian batin.
Tak selamanya kuburan beraroma angker dan menyeramkan. Justru, tempat bersimpah tuah –bagi keyakinan sebagian orang- itu sanggup memberikan jawaban atas kegundahan.
Jangan cuma membayangkan seramnya tempat persemayaman ruh seperti yang digambarkan oleh film atau sinetron: gelap, sepi, berkabut, seram, dan menakutkan. Lihat saja di makam-makam orang keramat/suci/sakti.
Di situ, fakta akan membuktikan bahwa orang-orang di kuburan begitu khusyu’ dalam bermunajat dan raja’(berpengharapan secara total) dalam berdoa. Lalu, tengoklah masjid: sujud, wirid, dan dzikir.
Mimik-mimik dzikir, doa, munajat, maupun wirid akan tampil sama khusyu’-nya dalam dua setting yang berbeda: masjid dan makam. Bahkan hati kecil sebagian orang lebih yakin doa terkabul ketika munajat di pemakaman daripada di “rumah Tuhan” itu.
Saya teringat pada slengekan dosen Islam dan Kebudayaan Jawa beberapa bulan silam. “Banyak orang lebih tenteram di kuburan daripada di masjid,” kata Sulaiman Al-Kumayi yang gandrung terhadap studi Islam Kejawen.
Menurutnya, roh-roh manusia suci –wali, ulama, kiai, orang sakti- di sebuah pemakaman diyakini sebagai washilah (perantara). Sehingga yang berdoa di lingkungan makam merasa lebih yakin dan khusyu’ berdoa dan berdzikir.
Di Indonesia banyak makam atau tempat pesarean orang-orang linuwih yang sering dikunjungi. Setidaknya makam Walisongo (Sembilan Wali: penyebar Islam di tanah Jawa) yang tersebar di pulau Jawa sendiri. Juga makam-makam tokoh Lokal yang semasa hidupnya menorehkan sejarah. Misalnya makam Syekh Jangkung atau Saridin dan Mbah Mutamakin di Pati. (Musyafak Timur Banua)
Author Image

About ngobrolndobol
Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

No comments:

Post a Comment