
SEBENARNYA tempat itu belum sebegitu curam untuk dikatakan laiknya jurang. Bertepi rangkaian beton dan berselimut batu pondasi, dataran di lingkungan kampus III IAIN Walisongo itu dipanggil Juras.
Nama dataran yang berada di atas 30 meter permukaan tanah perkampungan Tambakaji, Ngaliyan itu dinisbahkan dari kepanjangannya Jurang Asmara. Entah kisah apa gerangan yang mendalanginya, sampai nama belakangnya mampu menyedot perhatian warga kampus maupun luar kampus.
Wow! Tampaknya ada daya magnet yang agak besar untuk menyedot orang-orang hingga betah duduk-duduk di lapisan pondasi atas Juras itu. Bisa dipastikan sore hari tempat itu ramai dikunjungi orang-orang dengan tujuan berbeda. Ada yang memanfaatkannya untuk diskusi, ngobrol ringan, bahkan forum rapat organisasi-organisasi mahasiswa. Malam hari tempat ini menjadi incaran muda-mudi yang sedang hang out.
Hampir tak ada yang istimewa tampil di jurang itu. Namun cukup untuk mencari ketenangan di hamparan pemandangan sederhana dengan sepoi angin dan segarnya udara. Di sore hari, kita hanya melihat rumah-rumah kecil di bawahnya. Agak beruntung jika menyambanginya di malam hari; lampu-lampu berkebyaran di rumah-rumah itu menawarkan daya hias tersendiri. Juga jika memandang lepas, lampu-lampu penanda laut akan terlihat berbaris.
Bagi orang-orang yang haus kesendirian, haus pula keriuhan, maka di Juras ada tawaran untuk itu. Namun kebanyakan yang hadir di sana, terutama malam hari, adalah orang-orang yang memang terjangkit sindrom asmara. Lelaki dan perempuan berduaan, berhimpitan jarak, bahkan bergandeng mesra.
Pesan saya, bagi yang sering memanfaatkan Juras janganlah mengotori. Eits! Mengotori di sini bukan hanya berarti membuang sampah sembarangan. Tetapi jangan membuat citra tempat yang berada di lingkungan kampus ini kotor dengan perbuatan yang senonoh dan kelewatan.
Misalnya berciuman meskipun di malam hari agak gelap. Karena Juras adalah tempat banyak orang mencari ketenangan, kedamaian, bahkan permenungan terhadap identitas masing-masing. Yang dengan adegan-adegan kelewat batas bisa mengganggu yang lainnya. Lebih penting dari itu, citra Perguruan Tinggi Agama Islam menjadi taruhan jika tempat itu dijadikan ajang mesum, meskipun sebatas berpelukan dan ciuman. Di situ tempat orang mencari ilmu dan mencari inspirasi. So, Juras; No Kissing Area!
(Musyafak Timur Banua)