Tuesday, July 28, 2009

Mendamba Kenyamanan di Jalan

0
Merayap. Berjubel menyisir jalan selangkah demi selangkah. Ditambah terik siang begitu menjerang. Angin berembus menghamburkan debu-debu.
Itulah kondisi jalan pantura akhir-akhir ini. Tampil sangar-nyangar. Membuat sebagian orang keder. Tak bersahabat.
Mulai dari yang terdekat: Semarang, sepanjang Jl Kaligwe tengah dibangun. Pembangunan jalan Semarang-Demak juga belum kelar. Pun Kudus, jalan arteri masih dalam masa garapan.

Efek minus pembangunan itu adalah kemacetan. Sebab, ruas jalan mengalami penyempitan sementara waktu. Debu juga tak bisa dianggap sepele. Ia, bahkan terkadang, membuat jalanan gelap. Jika bertaut dengan kulit dan keringat, debu padu menjadi daki. Kotor. Pun, pengap ketika ambil nafas.
Kesemuanya itu tak jarang membuat pengendara tak sabar melintas jalan. Bahkan, sebagian orang enggan menempuh perjalanan.
Lantas, menanti kenyamanan jalan? Tentu, tapi nanti. Sabar dulu!
Pembangunan memang butuh pengorbanan. Tak ubahnya jalan, untuk menjadi mulus ia butuh waktu yang tak pendek. Tak seperti sulap sim salabim.
Karenanya, pengguna jalan harus turut kompromi. Kemacetan di ruas jalan yang sedang dibangun bisa sedikit diminimalisir dengan laku tertib pengguna jalan itu sendiri.
Lambu bangjo—lampu lalu lintas—adalah area rawan pelanggaran di ruas jalan yang diperbaiki. Ia sering dilanggar karena laju yang merambat dianggap tidak akan terjadi kecelakaan ketika menerjang lampu merah. Padahal ini akan menumpuk kendaraaan di lajur lain.
Di samping itu, tak jarang pengendara berbailk arah di tempat yang tidak semestinya. Apalagi truk, butuh waktu sekitar lima menit untuk memutar balik arah di tengah jalan yang berjubel. Sementara, waktu lima menit sudah menangguhkan laju ratusan kendaraan di belakangnya.
Membatasi
Di kota-kota besar seperti Semarang, macet adalah pemandangan biasa. Apalagi pada jam sibuk. Yakni ketika orang-orang berangkat dan pulang kerja.
Salah satu sebabnya adalah makin banyaknya jumlah kendaraan. Sementara ruas jalan yang ada tidak bertambah. Kondisi membuat jalan seakan muntah lantaran tak muat menampung kendaraan.
Paling banyak adalah kendaraan pribadi. Sepeda motor, misalnya. Ia menempati jumlah tertinggi kendaraan bermotor di negeri ini. Belum lagi mobil pribadi yang kian banyak mebuat jalan makin sesak.
Banyak pihak yang perlu dilibatkan untuk mengatasi kepadatan jalan. Pemerintah dan pengguna jalan harusnya kompromi demi menata kenyamanan jalan.
Solusinya, pemerintah perlu membatasi jumlah kendaraan yang ada. Tapi tawaran juga harus diberikan. Upaya paling strategis adalah mencipta angkutan umum yang aman, nyaman dan cepat. Jika angkutan umum bagus, maka pengendara kendaraan pribadi bisa beralih. Dan, kepadatan jalan bisa ditekan.
Mengapa? Selama ini, kian banyak orang enggan memakai jasa angkutan umum karena tidak nyaman. Sopir angkutan yang, kadang, seenaknya sendiri ngetem (berhenti menunggu penumpang) berlama-lama membuat waktu penumpang yang sudah ada terbuang banyak. Belum lagi kernet yang "nakal" meminta ganti jasa dengan harga lebih dari lazimnya.
Jalan yang nyaman, juga angkutan yang tidak membuat risih adalah dambaan semua. Karenanya itu harus diupayakan bersama-sama.
(Musyafak Timur Banua)
Author Image

About ngobrolndobol
Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

No comments:

Post a Comment