: untuk sebuah masa silam
taman ini kini mati. kering bagai tak punya masa lalu. dan, air mancur itu, kini semata bersisa lumut keperakan. pun, rumput-rumput itu, kini tinggal akar yang mati terbakar musim.
padahal, dulu, di taman ini aku yang selalu mencuri-curi pandang ke arahmu. lalu kutawarkan boncengan padamu, sore itu ketika hujan menyerang kota kita. lalu musim dingin mempertemukan kita di pelaminan.
taman ini tak lagi tertawa. ia bisu sebagai batu yang kita duduki dulu. kini kita tak pernah lagi menjejak taman kota ini, bukan? ya, sejak kau pergi bersama lelaki yang memendam misteri sepanjang tidurku.
di lingkaran ini aku tetap duduk. menggila dengan doa yang majnun. melepas senja bersama pengemis-pengemis kecil. senyatanya, kau tak pernah kembali. duapuluh tahun aku merindu, di sini. menantimu datang bersama senja.
--Musyafak Timur Banua
[11/08/09, 19:00]