Sunday, January 17, 2010

Tantangan Ajal di Dasar Laut

0
Judul : Dragon
Penulis : Cilve Clussler
Penerjemah : Arif Nugroho
Penerbit : Dastan Books
Tebal : 630 hlm
Cetakan : I, Januari 2009
Resensator :
Musyafak Timur Banua

Dennings’ Demons, pesawat pasukan sekutu yang hendak menjatuhkan bom di kepulauan Negara Jepang, jatuh memeluk dasar laut usai ditembak pesawat Mitsubishi A6M Zero. Itu ketegangan pertama yang hadir dalam novel Dragon karya Clive Clusser.
Novel petualangan itu diawali rencana pemboman tentara sekutu di beberapa bagian wilayah Jepang. Sebuah perseteruan politik perang menjelang berakhirnya Perang Dunia II pada Agustus 1945.

Divine Star, kapal kargo yang mengangkut mobil ekspor tenggelam di pusaran Laut Pasifik. Awak kapal Narvik yang melintas di bawah komando kapten Arne Korvold berusaha mengevakuasi Divine Star guna mendapatkan klaim penyelamatan. Sebuah peruntungan harta yang cukup berlimpah bagi awak kapal jika berhasil memastikan klaim penyelamatan atas kapal itu. Tapi lacur, saat beberapa awak kapal Narvik mengevakuasi Divine Star, kapal pengangkut mobil-mobil mewah itu meledak.

Big John, kendaraan penambang laut berbentuk kapal selam dilengkapi sekop dan pencengkeram, mengalami kepayahan oleh ledakan di dekat permukaan laut itu. Lembah-lembah di dasar laut terguncang hingga menggugurkan bebatuan. Kapal selam yang berfungsi mengambil sampel geologikal dasar laut itu tertimpa gugguran bebatuan hingga mustahil bergerak. Belum lagi salah satu mesin kapal selam malfungsi.

Dirk Pitt, Direktur Khusus Proyek Khusus di NUMA (The National Underwater and Marine Agency—Dinas Bawah Laut dan Kelautan Nasional) Amerika serikat, hampir kewalahan mengemudi Big John. Sementara Plunkett terus mengutuki ajal yang kian mendekat. Berbeda dengan Pitt, pribadi tangguh yang tidak gampang me-nyerah. Pitt menolak kata “kematian” sekaligus cengkeram bahaya kata itu dirasakan begitu dekat. Petualang Pitt puluhan kali “mendekati ajal” ketika mengarungi dasar laut, tapi kelincahannya mengemudi kapal selam membuatnya selamat. Pitt banyak dikagumi oleh kehebatannya menghindari ajal di saat-saat sulit di dasar laut.

Dinding Big John berlubang akibat desakan benda dari luar. Perlahan-lahan air masuk ke ruang generator kapal. Pitt tak bisa menampik rasa panik yang terus datang menghantui. Gemiricik air terdengar bagai iring-iringan malaikat penjemput nyawa. Dengan sebuah pipa, Pitt mampu menutup lubang itu. Tapi hanya untuk sementara waktu. Tekanan air laut lebih besar, dan lubang dengan tetap melebar.

Pelan-pelan Big John terangkat dari kedalaman 5200 di dasar laut menuju permukaan. Ketika kapal selam penambang ini melayang-melayang dengan keseimbangan yang tak tentu, air makin deras menyesaki ruangan generator. Sebentar saja, air memuncak hampir menyentuh turbin generator. Jika air menenggelamkan turbin, tamatlah mereka. Karena turbin itulah penghasil tenaga penggerak Big John.

Pitt dan Plunkett pasrah pada ketidakberdayaan ketika Big John terjun menuju dasar laut. Ketika mereka hendak keluar kapal dan berkeputusan berenang dari kedaalam laut yang tak terukur menuju permukaan, Al Giordino muncul membawa penyelamatan yang tepat waktu. Pitt merasai keajaiban penyelamatan Al Giordino tetap menggembalakan nyawanya.

Pasca ledakan di Laut Pasifik itu, dunia Barat ribut-ribut soal nuklir yang mengancam. Meledaknya Divine Star adalah bukti awal Jepang tengah berupaya menggunakan nuklir untuk mengancam kedaulatan Amerika Serikat. Hulu ledak nuklir dipasang di beberapa mobil ekspor yang diangkut kapal menuju Eropa dan Amerika itu. Diketahui penyelundupan nuklir itu adalah Proyek Kaiten yang dijalankan oleh pebisnis besar Jepang. Hideki Suma menjadi otak segala sesuatu berkaitan dengan nuklir dan penanaman modal asing di Amerika.

Bersamaan itu perang finansial hampir mendesak Amerika pada situasi krisis. Kurun waktu 1993 situasi ekonomi Amerika Serikat dikuasai Jepang. Para pengusaha Jepang mempunyai investasi lebih dari separuh besaran modal yang ada. Para Anggota parlemen di gedung oval bahkan khawatir harus “menjual” negaranya kepada Jepang. Hideki Suma, pengusaha besar Jepang yang mempunyai pengaruh ekonomi terbesar di Amerika dirasa sebagai ancaman nomor wahid.

Sejatinya pemerintah Jepang tidak mendalangi Proyek Kaiten. Kecuali, orang-orang macam Suma yang mempunyai kepentingan pribadi di belakang kepenti-ngan pemerintah Jepang. Suma mendirikan instalasi pengembangan nuklir tanpa sepengetahuan pemerintah. Hingga seolah-olah, Proyek Kaiten adalah agenda besar Jepang untuk meruntuhkan Amerika dan Eropa. Karena pemerintah Jepang pada mutlaknya tidak dijalankan oleh politisi. Tapi dikendalikan oleh penggerak usaha yang menggoyang di belakang birokrasi.

Masalah nuklir kemudian melebur dalam masalah baru, harta jarahan Perang Dunia II. Karena ternyata proyek itu dibiayai oleh besarnya harta rampasan yang dijarah selama Perang Dunia II senilai ratusan miliar dolar. Pemerintah resmi Jepang hampir ti-dak mendapat kontribusi “harta gelap” tersebut. Harta jarahan itu dikelola secara rapi oleh Koda Suma, ayah Hideki Suma, yang membentuk organisasi Gold Dragon. Gold Dragon dikuasai oleh militer bawah tanah Jepang seusai Perang Dunia II.

Ancaman Kaiten kembali menyeret Dirk Pitt pada petualangan dasar laut yang berbahaya. Pitt harus menelusuri jejak instalasi nuklir di bawah laut. Dragon Center, pusat organisasi nuklir yang dijalankan Gold Dragon, mutlak harus ditemukan.
Tanggal 9 November 1993, Pitt diumumkan hilang dan meninggal di sebuah kecelakaan di lepas pantai Jepang. NUMA, juga orang-orang teras Amerika merasa berhutang budi pada Pitt yang reputasinya luar biasa mengagumkan. Selama karirnya Pitt mendapat banyak penghargaan di darat maupun di laut. Lelaki penggemar koleksi mobil itu telah menemukan bangkai kapal Serapis dan harta karun La Daroda. Pitt juga menjadi inti pengangkatan bangkai kapal Titanic.

Siapapun telah mengira Pitt telah mati. Berharap lelaki yang tak mau menikah itu masih hidup, adalah kesemuan. Tapi siapa sangka Pitt mendarat selamat di Pulau Marcus, 1.125 kilometer sebelah tenggara Jepang.
Clive Clussler, penulis, mampu mendeskripsikan detail ceritanya. Clussler berhasil melukis setiap ketegangan dengan rangkaian kata-katanya. Alur Dragon sa-ngat laju dan paripurna dengan penyertaan tanggal dan tempat kejadian secara persis. Penulis seolah tidak menceritakan, tetapi menunjukkan lukisan detail pada setiap peristiwa yang menegangkan.

Dragon merupakan serangkaian novel petualangan Dirk Pitt. Di dalamnya, karakter Dirk Pitt konsisten. Tokoh utama itu selalu memiliki citarasa tinggi terhadap mobil—dalam Dragon koleksi yang disukai adalah mobil Stutz. Imaji Clussler tentang laut hampir tidak cacat, lantaran ia sendiri berpengalaman sebagai anggota NUMA yang berpetualang di dasar laut.

Namun, sayang, kesan bertele-tele tidak dapat ditampik. Pembaca akan menemui alur cerita yang sangat panjang—meski sambung menyambung. Ketebalan buku di atas 600 halaman membuat pembaca “menyerah” sebelum membaca.
Meski begitu, novel seri petualangan Dirk Pitt ini tak mengecewakan dibaca oleh penggemar fiksi petualangan. Konsistensi Clussler sebagai pengarang fiksi petualangan mendapat julukan sebagai The Grandmaster of Adventure.

Lihat di Kampoeng Sastra Soeket Teki
Author Image

About ngobrolndobol
Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

No comments:

Post a Comment