Thursday, October 20, 2011

"Sindrom Midas" Gerogoti Indonesia

0
Alkisah, Raja Midas bertahta di suatu wilayah pedalaman Anatolia, Asia Kecil. Ia dikenal sebagai penguasa rakus yang doyan menumpuk harta untuk kekayaan pribadi dan keluarganya. Watak serakah mendorongnya datang kepada Dewa Dionysus, meminta mantra bertuah agar setiap barang yang disentuh tangannya berubah jadi emas. Berhasillah ia memiliki tangan ajaib, saban tangannya menyentuh pepohonan di taman, air sungai, pagar, segala benda tersebut berubah wujud jadi emas.

Bangunan dan perabotan istana pun disulapnya menjadi emas hanya dengan sentuhan, rabaan dan pelukan. Setelah puas melihat istana dan segala benda kepunyaannya yang emas itu, ia lapar dan haus. Tiba baginya waktu makan siang, tapi ia tak bisa makan dan minum karena segala benda membeku oleh sentuhan tangannya. Saat itulah ia mulai mendapat kutukan lantaran keajaiban tangannya sendiri. Bahkan ketika ia memeluk istri dan anak-anaknya, mereka semuanya berubah menjadi patung emas. Akhirnya ia gila, tak seorang pun mau mendekatinya sebab takut terkena sentuhan tangannya.

Legenda Raja Midas yang berakhir tragis itu saya sitir dari buku Tragedi Raja Midas: Moralitas Agama dan Krisis Modernisme (Komaruddin Hidayat, 1998). Dongeng itu merupakan legenda Yunani Kuno yang kini masih akrab diceritakan oleh orang tua kepada anak-anak masyarakat Anatolia, daerah Ankara, Turki.

Dongeng, baik legenda maupun mitos, mengamanatkan sebuah pesan dan nilai tertentu. Dalam perspektif strukturalisme Claude Lévi-Strauss (1908-2009), dongeng atau mitos bukan sekedar cerita, melainkan cerminan pola pikir masyarakat dimana dongeng dan mitos itu berkembang. Dongeng atau mitos dipandang sebagai kisah atau cerita yang terbentuk dari imajinasi manusia, meski unsur-unsur imajinasi itu bertolak dari kenyataan hidup sehari-hari (Heddy Shri Ahimsa Putra: 2006).

Bahaya Kerakusan
Dalam konteks antropologis, legenda Raja Midas diciptakan oleh masyarakat untuk mengelola imajinasi kolektif, mengarahkan moralitas kolektif pada nilai-nilai atau keutamaan yang dipesankannya. Legenda itu merupakan wacana simbolis yang memperingatkan bahaya sifat rakus manusia. Simbolisme yang mengacungkan tanda seru bagi manusia tentang larangan bertamak-serakah pada harta. Lebih spesifik, kisah ini adalah kritik bagi pemimpin atau penguasa yang rakus pada harta dan kekayaan. Seperti Midas, kekayaan itu hanya akan membuat pemimpin menjauh dan terasing dengan rakyatnya.

Namun, jamak manusia kini justru mengidap "sindrom Midas", dalam arti kompleks hasrat diri yang rakus pada harta kekayaan. Manusia terperangkap dalam obsesi berkepanjangan pada materi duniawi. Payahnya, ihwal menuruti ambisi kekayaan tak jarang dilakukan dengan cara tidak benar. Mengambil yang bukan hak, merampas hak orang lain dan menyalahgunakan amanat orang jamak, seolah menjadi tren manusia untuk menguasai kekayaan. Puja harta atau kelimpahan material itu adalah bagian sikap diri yang memutlakkan tujuan duniawi, sekaligus menunggalkan kekayaan sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan.

Ragam keinginan telah mengolah tubuh manusia menjadi mesin hasrat yang selalu menuntut untuk dipenuhi. Tegangan hasrat yang mengolah diri menjadi rakus menandakan kepatuhan manusia pada ego fisikal-meminjam istilah Hazrat Inayat Khan dalam The Heart of Sufism (2002). Secara primitif ego fisikal yang dihidupi oleh kepuasan selera badani sangat mendominasi kesadaran manusia. Hajat makan-minum dan tidur, misalnya, adalah pemuasan selera sementara yang sangat bergantung pada tubuh. Pencapaian suatu pemuasan selera akan menciptakan selera lebih lanjut, dan saban pengalaman pada kepuasan selera pun selalu melahirkan hasrat untuk lebih memuaskannya. Kerakusan sebagai bentuk kepatuhan pada ego fisikal sangat sulit dihentikan. Kerakusan ibarat meminum air laut yang justru menjadikan seseorang lebih haus.

Pada kerakusan, kebakhilan pun menemukan tempatnya. Kebakhilan dirayakan dengan cara melebarkan akses bagi diri sendiri untuk mencapai kekayaan, seraya menyempitkan bahkan menutup jalan bagi orang lain. Karenanya bahaya keduanya akan menyasar pada kepicikan. 

Menyelamatkan Bangsa
Di ranah kekuasaan, kerakusan itu berkelindan menjelma laku korupsi. Makna kekuasaan tereduksi sekadar jalan untuk menubuhkan kehendak pribadi. Padahal, sesungguhnya kekuasaan memangku masa depan jamak orang, selibat dengan pemenuhan cita-cita publik. Korupsi mengelokkan amanat kekuasaan menjadi peluang untuk memenangkan kehendak pribadi di atas kepentingan khalayak, membengkokkan sistem kekuasaan (pemerintahan) yang seharusnya mewujudkan kedaulatan dan kesejahteraan rakyat.

Indonesia kini terkepung di dalam labirin korupsi yang seolah tanpa ujung. Jamak elite-penguasa mengidap "Sindrom Midas", memanfaatkan kekuasaan untuk memperkaya diri. Tangan Midas adalah simbolisme kekuasaan yang di setiap kesempatan hendak mengubah segala benda menjadi emas. Elite-penguasa kini memang tidak memiliki tangan ajaib seperti Midas, tetapi kekuasaan yang digenggamnya jamak dijadikan cara untuk menumpuk uang dengan jalan tidak bersih. Kepungan "Sindrom Midas" telah menggerogoti bangsa Indonesia sekaligus mengancam masa depannya.

Pelbagai kasus korupsi dan dugaan penyelewengan uang negara memberi bukti kongkret. Dugaan korupsi di awak Kemenakertrans, korupsi pembangunan Wisma Atlet Sea Games Palembang, serta kasus-kasus korupsi yang melibatkan kepala daerah yang belakangan hari menyesaki media. Belum lagi aliran kasus suap pemilihan gubernur BI dan kasus Century yang belum jelas hasil pengusutannya.

Rakyat masih senantiasa merajut harapan, serta membayangkan masa depan bangsa. Karena itu ikhtiar penyelamatan Indonesia dari kepungan korupsi perlu dilakukan secara sungguh-sungguh. Pemberantasan korupsi bukan semata-mata karena ia bertentangan dengan prinsip negara hukum. Terlebih karena korupsi, yang merupakan kepanjangan dari kerakusan dan kebakhilan, adalah perilaku menyimpang dari keutamaan: tidak baik dan keliru. Begitu, manusia Indonesia perlu diselamatkan!

Musyafak, peneliti di Lembagai Kajian Agama dan Sosial (LeKAS) Semarang
(Harian Analisa, 20 Oktober 2011)
Author Image

About ngobrolndobol
Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

No comments:

Post a Comment