Thursday, February 11, 2016

Hidden Ideology di Balik Gerakan Sosial Gafatar

0
Hidden ideology di balik Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) terungkap setelah eks anggota Gafatar dipulangkan di Asrama Haji Donohudan, Solo, Jawa Tengah. Riset Joko Tri Haryanto, peneliti Balai Litbang Agama Semarang, terhadap kasus Gafatar mengungkap bahwa Gafatar memiliki ideologi keagamaan tersembunyi. Gafatar menggerakkan massa dengan doktrin keagamaan.

“Tujuannya adalah membangun tatanan sosial baru berdasarkan nilai-nilai baru yang mereka kembangkan dari penafsiran terhadap agama-agama,” kata Joko.

Tampak indikasi Gafatar merupakan gabungan atau kelanjutan dari beberapa organisasi/kelompok, yakni Lembaga Kerasulan, Isa Bugis, NII, Al-Qiyadah Al-Islamiyah, dan Komar (Komunitas Millah Ibrahim). Dari indikasi yang ada, Gafatar dan Al-Qiyadah Al-Islamiyah memiliki garis hubungan yang lebih terang.

Menurut Joko, sedikitnya tiga alasan menunjukkan hubungan antara Al-Qiyadah Islamiyah dan Gafatar. Pertama, terdapat nama Ahmad Musadeq, pendiri Al-Qiyadah yang mengaku nabi) sebagai penasihat di Gafatar. Kedua, kemiripan ajaran keagamaan yang dipahami, yaitu  sinkretik (Islam, Kristen, Yahudi), kenabian setelah Nabi Muhammad, dan tidak menjalankan syariat umum seperti shalat (simpulan dari media massa).  Ketiga, fenomena "orang hilang" terkait Gafatar kemungkinan merupakan implikasi konsep "hijrah" Al-Qiyadah Islamiyah.

Al-Qiyadah Islamiyah memiliki ajaran enam fase perjuangan, yakni sirran -> jahran -> hijrah -> qital -> futhuh makkah -> madinah munawwarah. Fase sirran adalah fase sembunyi-sembunyi, yakni ketika Ahmad Mushadeq mendapatkan “wahyu” dan menyiarkannya secara tertutup. Meskipun ketika syiar ajaran Mushadeq terkuak pada tahun 2006, riwayat Al-Qiyadah seperti menuju “titik tamat”. MUI melayangkan fatwa sesat Al-Qiyadah Islamiyah pada tahun 2007, Mushadeq divonis bui pada 2008. Kenyataannya ajaran Al-Qiyadah belum mati.

Kaitannya dengan “orang-orang hilang” yang belakangan ini diidentifikasi sebagai eks anggota Gafatar, Joko berasumsi hal tersebut merupakan fase perjuangan jahran.  
“Kemungkinan pada fase jahran, yakni persiapan ke hijrah. Pada fase ini mereka mempersiapkan fondasi komunitas, terutama ekonomi, kesehatan, dll,” kata Joko.

Pergerakan migrasi (hijrah) ke lokasi camp di Kalimantan menunjukkan adanya konsolidasi antaranggota eks-Gafatar. Di antara aktivitas eks-Gafatar di wilayah Kalimantan adalah membuka perkampungan (camp) berbasis pertanian. Eks. Gafatar berpindah ke Kalimantan antara 1 s.d. 5 bulan. Mayoritas mereka adalah kelompok muda dan usia produktif, serta anak-anak. Banyak di antara mereka berpendidikan tinggi, seperti tehnik sipil, elektro, ekonomi, tata kota, dll. (readingislam.net)

Author Image

About ngobrolndobol
Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

No comments:

Post a Comment