Saturday, February 20, 2016

Menegasi “Positivisme” Tuhan

0
Oleh Junaidi Abdul Munif*

Di tengah menguatnya wacana radikalisme agama, dengan apologi  membela agama, menegakkan kebenaran, bahkan lebih heroik; menjaga kesucian Tuhan, buku ini hadir sebagai wacana keberagamaan yang menghormati totalitas Tuhan sebagai Zat yang tak terpikirkan, tak terjangkau. 

Ada hadits menarik dalam Islam, “pikirkanlah ciptaan Allah, dan jangan memikirkan zat Allah”. Ini sekaligus “warning” bagi manusia yang tak akan pernah mampu mencapai Tuhan yang hakiki. Namun, manusia ternyata adalah makhluk yang “nakal”, yang tak pernah puas hanya dengan memikirkan ciptaan Tuhan, melainkan dengan berani berusaha menjangkau esensi Tuhannya melalui jalan teologi.

Selama ini teologi dibangun atas asumsi bahwa Tuhan adalah Dia-Yang-  Memiliki banyak Sifat. Sifat-sifat itu akan membantu manusia untuk dapat mengenal Tuhannya. Teologi seperti ini “rawan jatuh” pada seperangkat teori dan tindakan yang mempelajari sifat-sifat Tuhan, bukan Tuhan itu sendiri. Lantas, bagaimana meletakkan Ibn ‘Arabi dalam lokus teologi yang demikian? Dapatkah dia disebut penganut Mu’tazilah yang tidak menerima sifat Allah?    

Ibn ‘Arabi adalah tokoh sufi kontroversial yang pernah dimiliki oleh Islam. Pandangan sufisme ketuhanannya mendobrak kemapanan pemikiran sufistik yang dengan angkuh berani “mendefinisikan” Tuhan. Pandangan wahdatul wujud yang diyakininya, telah membuatnya dinista sebagai “anak haram” teologi Islam, sejajar dengan al-Hallaj, atau Hamzah Fanshuri, dan Siti Jenar di Nusantara.

Sufi yang bernama lengkap Muhyi al Din Ibn ‘Arabi ini mengalami pengalaman sufistik sejak usia 20 tahun. Saat itulah ia merasa gelisah karena merasa begitu terlena dengan kenikmatan dunia. Pertobatan itu mendorongnya untuk lebih berkenalan dengan Tuhan, tanpa seorang guru pembimbing. Ia berkali-kali dihantui kegagalan, dan merasa bahwa Nabi Isa adalah gurunya yang memotivasinya untuk bersikap zuhud, meninggalkan segala kekayaannya (hlm 39).

Pengakuan Ibn ‘Arabi yang demikian tentu menimbulkan kerancuan bagi mereka yang tidak mengenal tradisi tasawuf. Apakah mungkin Ibn ‘Arabi bertemu Nabi Isa, padahal Isa hidup jauh sebelum Ibn ‘Arabi lahir? Perjumpaan ini lebih tepat dipahami sebagai perjumpaan ruhani, antara dua orang suci yang selalu berupaya mendekatkan diri kepada Tuhan.

“Nativitas”
Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu (barangsiapa mengenal dirinya maka dia mengenal Tuhannya) menjadi jargon terkenal dari Ibn ‘Arabi. Konsep ini mendasari jenjang tarekat yang masyhur di kalangan sufi. Manusia tidak akan mampu mengenal Tuhan (ma’rifat) sebelum manusia itu sendiri mengenali hakikat siapa dirinya.

Pandangan ini seolah mengafrimasi nativitas, sifat atau pancaran Tuhan yang dimiliki manusia. Gradasi eksistensial seorang hamba sebelum mengenal Tuhannya,mesti lebih dulu mengenal dirinya, mengetahui hakikat manusia itu sendiri. Ini yang dalam Islam, masyhur dikenal sebagai jalan syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat.

Al Fayyadl dengan tekun meneliti berbagai literatur yang mengungkap pemikiran teologi negatif Ibn ‘Arabi. Dia sangat berhati-hati menuliskan risalah tersebut dengan mengajak pembaca untuk berkenalan dengan Ibn ‘Arabi. Sebagai penguat argumentasinya, Fayyadl tidak sungkan memberikan komparasi teologi negatif yang juga ditemukan dalam tradisi agama lain.

Tuhan sebagai Dia yang Ada (maujud) bagi aliran teologi positivistik menjadi Dia yang dapat diketahui. Pada tingkat berikutnya, Ada (Being) menjadi yang dihadirkan (representation of being). Paradigma seperti ini yang memberi banyak sumbangan bagi perkembangan ilmu kalam, antara lain paham mujassimah (antropomorfisme) yang mengandaikan Tuhan memiliki jism (tubuh). Kendati pandangan ini ditolak oleh mayoritas teolog, tapi menunjukkan betapa Tuhan mengalami beragam penafsiran yang tak tertangguhkan.

Kritik teologi positif
Teologi negatif sebagai sebuah konsep teologi pada akhirnya bukanlah model teologi yang hendak mengejar pengetahuan untuk sampai kepada Tuhan yang hakiki. Teologi negatif justru hendak mengajak pembaca untuk menegasikan Tuhan, bukan dalam arti menegasikan keberadaannya (atheis) melainkan menegasi segala pengetahuan dan konsep-konsep yang telah diakui sebelumnya (hlm 95).

Apakah pekerjaan mencari kebenaran merupakan pekerjaan yang sia-sia? Menjangkaunya sebagai Zat yang absolut, Dia yang bukan konsepsi, namun terus saja menggoda untuk terus diselami. Lantas, apa urgensi menelaah buku ini jika yang kemudian ditakikkan Ibn ‘Arabi adalah Tuhan yang adalah Dirinya sendiri? Manusia dibuat sadar, bahwa dia adalah hamba yang tak pernah sampai kepada Tuhan yang benar-benar Tuhan.

Teologi negatif merupakan kritik pembakuan konsep ketuhanan dalam teologi pada umumnya (hlm, 9). Konsep teologi ketuhanan selama ini dikuasai oleh pandangan mainstream, menyangkut sifat, esensi dan eksistensi Tuhan. Tuhan menjadi entitas supranatural-transendental yang dimilki oleh semua Abrahamic religion (Yahudi, Kristen, dan Islam), juga dimiliki oleh agama Non-Abrahamic.

Kendati pada akhirnya manusia hanya mengalami kebingungan ketika terus berupaya menemukan Tuhan. Namun, kebingungan rupanya adalah salah satu bentuk teologi negatif. Barangsiapa merasa kebingungan, ia telah sampai kepada Tuhan. Dan barangsiapa merasa mendapat petunjuk, maka dia telah terpisah dari Tuhan (hlm 245).

Pencarian akan Tuhan tak akan menemui titik akhir. Namun di situlah terjadi pengakuan kedaifan manusia sebagai hamba yang mesti tunduk pada Tuhan sebagai entitas Yang tak Terpikirkan. Buku ini patut dikaji serius oleh mereka yang hendak melarungkan diri dalam pusaran labirin ketuhanan. Ibn ‘Arabi mengajak manusia untuk melakukan “pertobatan eksistensial” dengan menjadi hamba Allah, bukan hamba pikiran atau hamba konsep ketuhanan.


*Penulis adalah Direktur el-Wahid Center Semarang


Data Buku
Judul        : Teologi Negatif Ibn ‘Arabi; Kritik Metafisika Ketuhanan
Penulis:    : Muhammad Al-Fayyadl   
Penerbit    : LKiS
Cetakan    : I, 2012 
Tebal         : xviii + 276 halaman
ISBN        : 979-25-5375-4

Author Image

About ngobrolndobol
Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

No comments:

Post a Comment