Thursday, September 11, 2008

Pluralisme; Saling Memahami

0

Oleh Musyafak Timur Banua
Saya teringat pada penggalan cerita dalam The Song of Birth karya Anthony de Mello SJ. Dikisahkan, seorang gadis kecil di sebuah kota ditanya, “orang kafir itu siapa?”. Gadis kecil itu menjawab, “orang kafir adalah orang yang tidak bertengkar tentang agama.”
Cerita itu menggambarkan bahwa keimanan berbentuk pada permusuhan karena latar perbedaan agama. Di situ tidak ada pemeluk agama yang beriman pada kedamaian.
Kekerasan baik antarumat beragama maupun seagama, adalah fakta sejarah yang tidak bisa dimungkiri. Di dunia Islam, peperangan antargolongan terjadi sejak Khulafaur Rasyidin karena perbedaan aliran politik dan teologi.

Indonesia yang masyarakatnya majemuk sangat rawan terjadi kekerasan berbau suku, agama, ras, dan antargolonga (SARA). Sepanjang tahun 2006, terdapat 24 kasus kekerasan atas nama agama. Tahun 2007 dan 2008 bentuk kekerasan baik penyerangan, perusakan, intimidasi, maupun klaim sesat makin bertambah karena kemunculan sekte-sekte agama baru atau aliran sempalan.
Penyerangan Komando Laskar Islam (KLI/FPI) kepada Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) di Monas (01/06/2008) sebulan lalu mencerminkan keberagamaan bangsa Indonesia yang belum dewasa. Terjadi dua penistaan beragama-berbangsa, yaitu pengingkaran kebebasan beragama dan penghianatan Pancasila. Situasi ini lahir dari beberapa hal, utamanya klaim kebenaran tunggal agama.
Untuk mencegah kekerasan berjubah agama, pendidikan pluralisme sangat penting. Prinsip pertama adalah Islam yang mengakui perbedaan dan keragaman sebagai keniscayaan yang harus diterima untuk saling mengenal dan hidup damai (al-Hujarat, 49: 13). Lebih penting lagi, agama tidak memaksakan keimanan dan keyakinan kepada manusia (Q.S. al-Baqarah, 2: 256).
Prinsip kedua adalah Pancasila sebagai landansan kebangsaan yang mengajarkan tepa selira di tengah perbedaan. Ajaran Tantularisme yang menjadi cikal bakal semboyan Bhinneka Tunggal Ika mengajarkan hidup rukun satu sama lain meskipun berbeda suku, agama, budaya, maupun ras.
Kesejatianan agama adalah pluralisme yang mengakui masyarakat multikultur. Iman harus bersedia menerima perbedaan keyakinan dan saling menghargai (procoexistency). Zaman rasional seperti sekarang tidak tepat lagi menggunakan semangat takfir (saling mengkafirkan) antargolongan yang dapat memicu kekerasan.
Untuk menciptakan agama yang humanis-pluralis, cara pandang umat harus digiring menuju paradigma inklusif. Bahwa dalam hubungan umat beragama tidak ada klaim kebenaran tunggal. Dengan kata lain, truth and salvation (kebenaran dan keselamatan) adalah milik semua agama maupun aliran keyakinan.
Nurcholis Madjid mengajarkan prinsip keberagaam paling fundamental; "tiada tuhan selain Tuhan" (kata tuhan pertama dengan “t” kecil dan kata Tuhan kedua dengan “T” besar). Pada dasarnya, agama-agama menyembah Tuhan yang sama karena hakikat Tuhan adalah sama.
Dalam prinsip keimanan agama-agama terdapat kalimatun sawa’ (benang merah) yang membawa manusia pada satu tujuan: sesembahan yang Esa. Sudah seharusnya tidak ada pemaksaan atas tradisi dan keyakinan orang lain. Pemaksaan keimanan sama halnya "mengkudeta Tuhan" yang menjamin kebebasan beriman.
Saling memahami adalah kunci utama penumbuh kesadaran untuk saling tidak menyalahkan dan mencari kebenaran sendiri. Dalam hal ini, revitalisasi dialog agama adalah penting. Karena selama ini komunikasi antaraliran kepercayaan (mayoritas dan minoritas) belum menemukan bentuk yang ideal. Yakni untuk mencari titik temu kesepahaman bersama dan memahami serta mengakui kebanaran lain. Selama ini, dialog agama masih menjadi wahana penghakiman mayoritas kepada kelompok minoritas.
Konsep lita’arafu (dalam QS. Al-hujurat, 49: 13) adalah sebuah perintah untuk saling memahami. Bukan sekedar mengenal dan mengetahui perbedaan. Tetapi sadar sepenuhnya akan keniscayaan keragaman dan tidak berlakunya kebenaran tunggal.
--Musyafak,
Pemimpin Umum Surat Kabar Mahasiswa AMANAT
IAIN Walisongo Semarang.
Author Image

About ngobrolndobol
Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

No comments:

Post a Comment