Sedetik lalu, aku merasa masih pagi
Namun, mendadak waktu merambat dekat
Membawa senja yang bukan timur atau barat
Menjaraki suasana dengan kepastian kapan
Lantas, remang-remang terselip rasa waswas
Ya, imaji yang merentang adalah takut
Akan kesuasanaan esok, yang
Semata membekaskan sejarah sunyi
Datang lalu pamit pergi
Tanpa meninggalkan tapak jalan wangi
Maka titian masa ini tak lebih kepadahalan
Tentang hadirku yang belum berarti
Bahwa aku baru mengambil spasi di satu sudut
Mengantara dalam ruang yang hanya diam
Cuma kenyang, pulas, dan berselimut dingin
Pun aku belum membekaskan kisi-kisi
Jejakku hanya membuat cap mati di tanah merah
Sebatas lewat, lalu berkemudian
Bagai sekedip mata yang tanpa tatapan
Hanyut dengan pura-pura telah membikin arus
Ah, aku masih ingin berlama-lama di sini
Tapi, cepat atau lambat aku akan terusir
Bukan oleh mereka yang setia melempar senyum
Namun ketetapan rentang waktu yang menjaraki
Memaksaku kembali tanpa torehan makna
(dan, di bawah dentuman jam lonceng itu
Aku semata berharap waktu membeku
Untuk aku dapat membuat banyak jejak
Menggarisi ruang dengan kepintaran yang menyamar
Tapi, aku hanya berharap dengan diam)
--Musyafak Timur Banua
Kaki Sumbing, 2/11/09