Friday, December 11, 2009

Mengarusutamakan Perempuan

0
Judul : Gender dan Strategi Pengarus-utamaannya di Indonesia
Pengarang : Dr. Riant Nugroho
Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Tahun terbit : Cetakan I, November 2008
Tebal : xxv + 265 hlm
Resensator : Musyafak Timur Banua
peradaban
Diskriminasi perempuan yang dimulai sejak tumbuhnya manusia pada akhrinya melahirkan gerakan-gerakan atas nama perempuan. Misalnya feminisme, patriarchal, sexist, dan gender. Gerakan-gerakan itu menuntut keadilan dan kesetaraan peran antara laki-laki dan perempuan tanpa membedakan jenis kelamin.

Istilah gender merupakan formula gerakan perempuan paling mutakhir. Gender berpandangan, akar masalah ketidaksetaraan relasi perempuan dan laki-laki disebabkan oleh pembedaan konstruksi sosial-budaya, bukan secara biologis. Lain kata, gender berusaha memindahkan wacana ketidaksetaraan perempuan dari panggung biologis ke panggung sosial-budaya. Tentunya dengan analisis gender menyangkut kontruksi perempuan di ruang sosial.

Namun gerakan perempuan ini belum membuahkan hasil yang meninggikan perempuan. Realitas sosial di Indonesia masih menunjukkan wajah bias gender. Perempuan tetap manusia yang ditumbuhkembangkan dalam sektor domestik, tapi di sektor publik diberi ruang gerak yang sangat sempit. Ini dapat dilihat dari komposisi perempuan di pemerintahan. Representasi perempuan di DPR Indonesia hanya mencapai 8,8 persen, MPR 9,9 persen, DPA 2,7 persen, hakim agung 13,7 persen, kades atau lurah 2,3 persen, dan jabatan struktural kepegawaian 15,2 persen. Padahal rasio jumlah penduduk perempuan lebih tinggi ketimbang laki-laki.

Pasca Reformasi, gender mendapat perhatian lebih oleh pemerintah. Indikatornya adalah terbitnya Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Sosial. Namun disayangkan, instruksi tersebut menggunakan dalil pembangunan sosial yang berpotensi menerjemahkan peran perempuan secara sempit. Inpres ini pun belum meliputi strategi pengarusutamaan perempuan Indonesia.

Buku Gender dan Strategi Pengarus-Utamaannya di Indonesia mencoba menyusun strategi pengarusutamaan perempuan yang selama ini belum berjalan sistematis. Strategi yang ditawarkan oleh Riant Nugroho, sang pengarang, meliputi rekomendasi kebijakan yang harus dibuat dalam tiga pilar: pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Ditambah lagi administrasi publik dan desentralisasi.

Strategi pengarusutamaan yang diusung Riant, tampaknya lebih mengarah pada peran perempuan di panggung politik. Bila dijalankan, tawaran buku ini bisa membantu gerakan perempuan di Indonesia.

Awal pembahasan buku ini dimulai dari seluk beluk tentang gender. Sejarah gerakan perempuan dunia juga tercatat. Kemudian ditarik sejarah perempuan dalam konteks keindonesiaan.
Peta pengarusutamaan perempuan ini jelas berupaya melibatkan perempuan dalam setiap sendi kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara. Tidak lain adalah menumpas segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan agar eksistensinya tak sekadar menjadi makhluk komplementer atau masyarakat second class (kelas kedua) setelah laki-laki.

Di akhir peparannya, pengarang mengutip pendapat Lorraine Corner; "Man and women are different, but they are equal. They don't have to be the same to be equal". Maksudnya, kesetaraan gender tidak berarti perempuan harus menjadi laki-laki, atau sebaliknya menjadikan laki-laki sebagai perempuan. Hal ini merupakan penegasan pengarang bahwa gerakan gender tidak semestinya menjadi momok masyarakat jika kebablasan. Sebaliknya, gender harus dimaknai secara substantif, tak sekadar menuntut kesamaan. 
Author Image

About ngobrolndobol
Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

No comments:

Post a Comment