FIRMANMU SEKALI LAGI
Aku tumbuh dari satu firman
kala Kau berseru Kun
Menjelmalah keadaan: Fayakun
Aku nyata menjiwa-membadan
Pun firmanMu yang mengirim gawat
membadaikan seribu resah
sebagai pasir di tapak kaki basah
Aku menggelepar, terkubur karat
Pulakah firmanMu kini bekerja
saat barah nanah mengepung
Pulakah firmanMu kini bekerja
saat aku kosong mengapung-apung
Tahukah kegawatan yang membadai
menjelma kiamat yang menghabisi
menumpas dengan tamak dan serakah
menyisakan ruh hanya sealir darah
Aku butuh FirmanMu
sekali lagi, tuk menumbuhkanku
Demi luka hanya penunda suka
Demi aku terlahir di musim kedua
Semarang, 20/12/2009
KUSEDUH SAJAK DALAM SECANGKIR KATA
Kuseduh sajak dalam secangkir kata
Tapi tak kularut rima
Semata senarai sepi
Dan hitam yang mengental sunyi
Kutuang sajak di cawan hati
Tapi rahasianya terselip dalam puisi
Sajak hanya barisan rupa-rupa
Dan puisi? Makna yang meraga dalam rahasia
Lantas kepada siapa bertolak firman ini
Pada sajakkah yang merupa akrobat kata
Pada puisikah yang memintal makna sepi
Ataukah hanya onani kesumat sedang mengeja
Tapi, tetap saja kuseduh sajak
dalam secangkir kata
Kulebur diri dalam rima rancak
Bergulung-gulung dalam keentahan rahasia
Semarang, 20/12/2009
KATA
Aku bermula dari kata
Pun diakhiri oleh kata
Tapi milik siapa
Lagu yang menderu reda
Puisi bermuntahan irama
Ah,
aku hanya ingin menamatkan riwayat
Bah!
Ia lebih dulu membuat kiamat
Tapi, biarlah. Biarlah
Kutitipkan saja pada bahasa
Aku ingin rebah
Dipungkasi oleh kata
Disempurnakan sebagai kisah
Semarang, 20/12/2009
Aku tumbuh dari satu firman
kala Kau berseru Kun
Menjelmalah keadaan: Fayakun
Aku nyata menjiwa-membadan
Pun firmanMu yang mengirim gawat
membadaikan seribu resah
sebagai pasir di tapak kaki basah
Aku menggelepar, terkubur karat
Pulakah firmanMu kini bekerja
saat barah nanah mengepung
Pulakah firmanMu kini bekerja
saat aku kosong mengapung-apung
Tahukah kegawatan yang membadai
menjelma kiamat yang menghabisi
menumpas dengan tamak dan serakah
menyisakan ruh hanya sealir darah
Aku butuh FirmanMu
sekali lagi, tuk menumbuhkanku
Demi luka hanya penunda suka
Demi aku terlahir di musim kedua
Semarang, 20/12/2009
KUSEDUH SAJAK DALAM SECANGKIR KATA
Kuseduh sajak dalam secangkir kata
Tapi tak kularut rima
Semata senarai sepi
Dan hitam yang mengental sunyi
Kutuang sajak di cawan hati
Tapi rahasianya terselip dalam puisi
Sajak hanya barisan rupa-rupa
Dan puisi? Makna yang meraga dalam rahasia
Lantas kepada siapa bertolak firman ini
Pada sajakkah yang merupa akrobat kata
Pada puisikah yang memintal makna sepi
Ataukah hanya onani kesumat sedang mengeja
Tapi, tetap saja kuseduh sajak
dalam secangkir kata
Kulebur diri dalam rima rancak
Bergulung-gulung dalam keentahan rahasia
Semarang, 20/12/2009
KATA
Aku bermula dari kata
Pun diakhiri oleh kata
Tapi milik siapa
Lagu yang menderu reda
Puisi bermuntahan irama
Ah,
aku hanya ingin menamatkan riwayat
Bah!
Ia lebih dulu membuat kiamat
Tapi, biarlah. Biarlah
Kutitipkan saja pada bahasa
Aku ingin rebah
Dipungkasi oleh kata
Disempurnakan sebagai kisah
Semarang, 20/12/2009