Malam sebelum tidur, biasanya ada satu momentum—meski lima detik—untuk merenung atau sekadar berpikir saja tentang satu hal. Inilah yang terlintas pada suatu malam. Aku mempertanyakan: sebenarnya siapa sih manusia baik?
Lantas terumuskan sebuah corak manusia yang aku anggap mengatasi dirinya dengan kualitas dan kebaikan. Bahwa manusia baik dan berkualitas adalah, pertama, manusia yang melihat lebih, mendengar lebih, merasakan lebih, pada keadaan yang terjadi di spasi-spasi perjalanan hidupnya. Ini kemudian menggiring tubuh—di dalamnya ada ruh, ruh mencari diri—untuk berbuat lebih. Ya, berbuat lebih di tingkat usianya, berbuat lebih di level perannya.
Orang yang berbuat lebih, niscaya membuat kesalahan lebih. Tapi beginilah medan dunia yang tidak terumuskan secara eksak. Bahwa kesalahan adalah kebaikan tersendiri. Orang sering mengira diri baik karena minim kesalahan. Padahal sebenarnya karena dia berbuat minim. Bahkan menyerupai tidak berbuat sama sekali.
Apa yang terlihat, terdengar, terasa, tertangkap, terekam, terterima, kemudian ditabrakkan ke dalam suatu sistem yang disebut “berpikir”—ini kemudian berlanjut pada “cara pandang”, lantaslah bagi orang baik akan ditetaskan ke dalam sebuah realitas baru. Penetasan itu, bagi aku, adalah ruang cipta untuk mentransformasikan materi yang telah “dibaca” menjadi produk yang “akan dibaca” lagi.
Dari fase pertama, tentu meningkat ladi pada fase kedua. Adalah menginjak sistem kerja dalam diri. Yaitu berkarya lebih di level perannya. Berkarya lebih di tingkat usianya. Ialah alur pendewasaan yang telah tercerna secara lebih di strata umurnya.
Ada banyak agenda hidup—kehidupan di dunia tertentu dan sempit, meski—di kerumunan spasi-spasi kita. Maka kita harus mengatasi kerumunan itu dengan kabaikan. Penempaan kualitas untuk menjadikan kerumunan bisa saling menukar ide—sembari tentu mencerna diri sendiri, instropeksi, kesadaran—untuk sebuah cita menjadikan spasi yang diramaikan oleh kerumunan manusia-manusia unggul.
Untuk SKM AMANAT, mari aku kamu kalian semua berbuat lebih. Berkarya lebih. Adalah bukan semata-mata hendak mengatasi SKM AMANAT. Melainkan mengatasi diri kita sendiri dengan kebaikan yang kita bisa, yang kita punya.
Nglilir… Mari nglilir… Untuk ihwal ini, semua momentum pas. Dan bahwa nglilir saat ini juga tidak keliru.
Salam, waktu maghrib hampir habis
April 4, 2010 at 9:11pm