Thursday, January 21, 2016

Gelap-Terang Pengislaman di Jawa

0


 Islam dan Jawa memiliki pertautan unik dan khas. Hubungan keduanya telah merajut kemesraan sekaligus ketegangan yang berlangsung hingga kini. 

Buku berjudul  Mengislamkan Jawa: Sejarah Islamisasi di Jawa dan Penentangnya dari 1930 sampai Sekarang karya M.C. Ricklefs bisa dikatakan kajian terkini mengenai sejarah Islamisasi di Jawa. Jawa sebagai suku terbesar, dan mayoritas pemeluk Islam, memiliki peranan penting dalam dinamika kebangsaaan, mulai dari sosial, politik, ekonomi, budaya dan agama.


Sampai tahun 1930, ketika sensus penduduk pertama kali dilakukan oleh Belanda, orang muslim-Jawa masih mencirikan adanya “sintesis mistik” (halaman 36). Ddalam sintesis mistik itu, di satu sisi menguatnya kesadaran identitas untuk menjadi muslim di kalangan orang Jawa dengan disertai pengamalan rukun Islam secara komplit, tetapi di sisi lain juga penerimaan mereka terhadap kekuatan-kekuatan supernatural khas Jawa seperti Ratu Kidul.


Gerak Islamisasi di Jawa adalah sejarah panjang dan berliku. Penerimaan Islam oleh masyarakat Jawa sekaligus diiringi berbagai pertentangan, misal antara santri dengan abangan atau antara santri dengan komunis, bahkan antara kalangan muslim Modernis dan Tradisionalis sendiri. 


Pertentangan itu semakin jelas seturut pengerasan batas-batas identitas-ideologi dan berlangsungnya politik aliran. Pergolakan politik pada masa-masa sulit pasca Revolusi kemerdekaan 1945 secara langsung mempengaruhi konfigurasi masyarakat muslim di Jawa. Santri sebagai kekuatan politik tunggal Masyumi, berhadap-hadapan dengan kekuatan politik abangan yang terdiferensiasi dalam Pesindo, Partai Sosialis, PKI dan PNI (halaman 134).


Tahun 1948 menandai titik krusial pertentangan antara abangan vs santri. Pemberontakan Madiun merupakan inisiatif untuk merebut kekuasaan. Perlawanan santri terhadap pemberontakan itu justru membuatnya diuntungkan untuk “mendompleng” kemenangan. Karena perlawanan terhadap PKI dipelopori secara sah oleh militer.


Percobaan Kudeta 1965, lebih jauh, menimbulkan kekerasan paling tragis sepanjang sejarah Indonesia. Kecurigaan, stereotip, pengentalan politik aliran, kompetisi politik yang penuh permusuhan berkembang menjadi gelombang kekerasan. PKI menjadi pihak yang dipersalahkan baik oleh militer maupun santri. Organisasi-organisasi Islam, seperti Banser di bawah bendera Ansor, terlibat dalam pembantaian terhadap PKI. “Bagi pihak santri, tampaknya masalahnya adalah apakah mereka harus membunuh atau terbunuh,” tulis Ricklefs (halaman 198). 


Di masa-masa mencekam itu, aktivis-aktivis Islam menekan masyarakat setempat untuk mengamalkan ajaran Islam secara lebih ketat menurut standar ortodoks. Hal itu justru mendorong sebagaian masyarakat berpindah ke agama Hindu dan Buddha, dan terutama Kristen. Sebagaian orang dari kalangan komunis mengucap syahadat untuk mencari suaka keselamatan dari Islam, tetapi sebagian mereka lebih memilih Kristen dengan pertimbangan kaum santri telah keras terhadap golongannya.


Penumpasan PKI sampai ke akar-akarnya berhasil dilakukan oleh Soeharto dengan rezim Orde Baru yang dirintisnya. Kontrol Orde Baru terhadap masyarakat sedikit banyak “dihalangi” oleh kekuatan santri Tradisionalis (Nahdlatul Ulama/NU). Ini menyebabkan hubungan NU dengan Orde Baru yang canggung dan jauh dari mesra. Jaringan politik NU seolah tak tertembus karena berbasis hubungan pribadi dan kekeluargaan di antara para kiai dan pengikutnya. 


Seiring kokohnya rezim Orde Baru, kekuatan politik Islam tidak diperkenankan tampil sepenuhnya di panggung politik. Politik aliran pun mengalami babak akhir. Namun pengislaman di Jawa yang didalangi NU terus berlanjut di kalangan akar-rumput hingga mampu membangun masyarakat Jawa yang semakin saleh. Sementara itu,  kaum Modernis (Muhammadiyah), yang sedikit saja mengambil bagian dalam proses pengislaman itu meratap dengan gaung sebagai “yang kalah”. Di satu sisi Muhammadiyah menyaksikan gelombang Kekristenan yang cukup besar, dan di lain sisi ia tidak banyak berhasil memerangi praktik-praktik mistik-kejawen.


Kondisi Islam berbalik sejak tahun 1998. Sifat rezim politik penguasa tidak lagi berperan penting dalam agenda Pengislaman. Sebaliknya, dinamika keislamanlah yang membentuk rezim politik (halaman 434). Pada masa “percobaan kebebasan” pasca runtuhnya Orde Baru, Jawa adalah masyarakat yang makin terislamkan. Sejak Menonjollah konsep-konsep dan simbol-simbol Islam dalam politik. Representasi lain bisa ditilik dari MUI yang dalam beberapa hal fatwa-fatwanya justru memiliki kekuatan politik lebih besar dibanding lembaga-lembaga negara lainnya. Perkembangan budaya populer, seperti sinetron, musik dan novel pun seolah bersahut-sahutan menggemakan dakwah. Bangkitnya kalangan muslim puritanis, revivalis dan fundamentalis semakin mewarnai kontestasi ruang publik sosial-politik-keagamaan. Lahirnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang punya basis massa di dalam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) merupakan salah satu indikatornya. Revivalisme Islam juga tampak dari munculnya front-front atau laskar-laskar Jihadis-Islamis seperti Front Pembela Islam (FPI).


Kesuksesan Islam menusuk jantung kehidupan masyarakat Jawa hingga abad ke-21, dalam pandangan Ricklefs, merupakan bagian pengalaman universal masyarakat global di masa itu (halaman 730). Menjelang abad ke-21, kebangkitan agama-agama terjadi di berbagai belahan dunia. Meski begitu tidak bisa diabaikan hal-hal yang khas dan unik seputar Islam di Jawa.


Melalui buku ini, Ricklefs menggambarkan bahwa manusia Jawa mengalami perubahan di dalam interaksinya dengan Islam dan politik, meski ada juga hal-hal yang tidak berubah. Kekayaan data di dalam buku ini berhasil mengungkap terang-pudarnya eksistensi Islam di Jawa.





Judul     : Mengislamkan Jawa: Sejarah Islamisasi di Jawa dan Penentangnya dari 1930 sampai Sekarang
Penulis    : M.C. Ricklefs
Penerbit    : Serambi
Terbit         : November 2013
Halaman     : 888
ISBN         : 978-979-024-408-5


Musyafak, pengelola www.readingislam.net

Author Image

About ngobrolndobol
Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

No comments:

Post a Comment