Thursday, January 21, 2016

Salafi-Wahabi Akar Radikalisme Islam

0
Radikalisme Islam berakar di dalam ideologi salafi-wahabi yang menyerukan untuk kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah. Selanjutnya, ideologi tersebut berevolusi menuju visi jihadisme total melawan Amerika, Barat, dan Zionis. Tokoh peletak dasar ideologi tersebut di antaranya Hasan al-Banna, Abu A’la al-Mawdudi, Sayyid Qutb, Muhammad Abd al-Salam Faraj, Abdullah Azzam, dan Ayman al-Zawahiri.

Prof. Noorhaidi Hasan, M.Phil., Ph.D. mengungkapkan hal itu pada sebuah diskusi tentang kelompok-kelompok keagamaan radikal di Indonesia, Rabu (21/1) di Semarang.

“Ideologi radikalisme Islamis berpusat pada tiga hal. Pertama, tauhid dan jahiliyahisme. Kedua, al-Wala wa al-Bara. Ketiga, takfir,” kata Guru Besar ilmu politik islam itu.

Hasan melanjutkan, Radikalisme dalam Islam adalah wacana dan aktivisme yang bertujuan mengubah sistem politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang ada menjadi sistem Islami. Mereka memandang Islam tidak sekadar agama, tetapi juga ideologi politik. Islam sebagai ideologi politik berdiri sejajar dengan ideologi politik besar lainnya, seperti demokrasi, sosialisme, dan kapitalisme.

Evolusi salafisme (salafi-wahabi), menurut Hasan, ditandai oleh tiga fase wacana/ aktivisme. Pertama, pelatakan dasar gerakan Islam di atas fondasi salafisme. Fase ini ditandai munculnya Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh al-Banna dan Jamaah Islamiyah yang didirikan oleh al-Mawdudi. Kedua, munculnya Sayyid Qutb dengan wacana visioner tentang pengambilalihan kontrol negara ke titiknya yang ekstrem, yaitu takfir dan revolusi melalui jalan kekerasan. Ketiga, lahirnya beberapa kelompok sempalan, semisal Hizbut Tahrir, Jihad Islam, Jamaah Islamiyah, dan Jamaah al-Takfir.

Untuk kasus di Indonesia, gerakan islamis (radikal) berkembang di bawah bendera tarbiyah bersamaan dengan munculnya gerakan-gerakan Islam transnasional. Di antaranya adalah Ikhwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir. Gerakan transnasional itu secara langsung mengakselerasi pertumbuhan gerakan Islamis radikal produk dalam negeri seperti NII.

"Radikalisme tidak secara otomatis berhubungan dengan terorisme. Tetapi radikalisme merupakan prakondisi terjadinya terorisme," pungkas Hasan. (ri.net)
Author Image

About ngobrolndobol
Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

No comments:

Post a Comment