"Nggak ada alternatif atau solusi, hanya penghakiman layaknya pengadilan," kata Fauzi.
Pada kesempatan itu Fauzi mencoba membuka diskusi tentang buku yang ditulisnya. Tapi para kiai dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng tidak berkenan.
"MUI bilang ini bukan forum diskusi, tapi mediasi," tutur Fauzi.
Fauzi menduga Front Pembela Islam (FPI) dan MUI Jateng saling kerjasama untuk mempidanakan bukunya Tragedi Incest Adam dan Hawa & Nabi Kriminal lantaran dinilai menodai agama Islam. Menurut Fauzi, mediasi antara dirinya dengan FPI dimoderatori secara tidak layak oleh Prof. Dr. Ahmad Rofiq selaku Sekretaris MUI Jateng. Isi buku Fauzi dinyatakan sesat dan mengandung unsur pidana.
Kuasa hukum Fauzi sempat menawarkan opsi di luar jalur pidana. FPI disarankan membuat buku tandingan, sedangkan Fauzi pun harus menjelaskan postingan-postingan atau isi bukunya. Namun opsi itu ditolak.
"FPI hanya memberi dua pilihan. Pertama, saya dihukum sesuai syariat Islam, alias harus dibunuh karena menghina Nabi dalam tulisan di buku saya Tragedi Incest Adam dan Hawa & Nabi Kriminal. Atau kedua, dipenjara berdasarkan UU di Indonesia," ungkap Fauzi.
Kegiatan mediasi antara Fauzi sebagai terlapor dan FPI sebagai pelapor ini difasilitasi oleh Bidang Urusan Islam dan Pembinaan Syari'ah Kantor Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah. Mediasi ini diselenggrakan sebagai follow up permohonan bantuan mediasi yang dilayangkan oleh Kapolda Jateng terkait penanganan ujaran kebencian (hate speech) yang dituduhkan kepada Fauzi. Bertempat di Aula Lt. II Gedung A Kanwil Kementerian Agama Jawa Tengah, mediasi ini dihadiri oleh MUI, FPI, kiai, dan akademisi.
Sebelummya, Fauzi dilaporkan oleh FPI terkait bukunya tersebut serta postingan-postinganya di facebook dan twitter yang dianggap mengandung unsur ujaran kebencian dan menghina Islam. (readingislam.net)
kriminalisasi hak intelektual dg dalih kebenaran agama
ReplyDelete